Saya pernah menjadi seorang agent call center di salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia (katanya sih hehehe..). Mungkin sebagian orang berpikir kerjaan seorang agent call center adalah sesuatu yang sangat mudah, yang tidak memerlukan keahlian atau keterampilan khusus. Wong kerjaannya cuman ngangkat dan ngejawab telepon saja, apa susahnya ??? . Bagi yang berpikir seperti itu, saya sarankan untuk mencoba menjadi agent call center meskipun hanya untuk one day saja (nah lho !!!).
Kerjaannya nggak gampang lho dibutuhkan manajemen alat indera yang selaras, manajemen emosi, manajemen hati (hehehehe lebayyy). Bayangkan saja hampir semua alat indera harus bekerja disaat yang bersamaan, ya tanganlah buat ngetik, mata buat melototin komputer, telinga buat dengerin cuap-cuap customer, mulut yang hampir nggak berhenti komat-kamit. Dan aplikasi yang harus dibuka bukan cuma satu atau dua tapi buanyaaakk.
Itu baru dalam hal manajemen alat indera, belum dalam manajemen emosi dan hati. Karakter manusia itu banyak banget kan. Disini seorang agent dituntut untuk harus mengetahui karaktek customer yang dilayani biar bisa memberikan great experience, jadi bukan hanya solusi.
Nah gimana klo dapat customer hard complain yang dari awal ngoceh, membentak berpuluh-puluh menit sampai berjam-jam. Disinilah diperlukan manajemen emosi dan manajemen hati (hehehe). Tekanan dunia kerjanya besar banget. Asal tahu saja disiplin dicall center itu tinggi pake buangeeettt.
So saran saya, jangan sering nelpon ke call center klo niatnya hanya ingin ngisengin agentnya.
Kasihan lohh ..
Lha saya kok malah bahas profesinya yahh .. Sebenarnya yang ingin saya share adalah gimana nikmatnya kerja pake hati, dan gimana hancurnya kita klo nggak kerja pake hati.
Awal bekerja di dunia ini saya sangat menikmati, seberapa banyaknyapun teman yang mengeluh tentang peraturan yang sangat ketat, paling saya hanya senyum-senyum saja karena saya masih merasa enjoy. Saya sangat menyukai pekerjaan saya, sehingga membuatnya menjadi mudah. Prestasipun saya dapat berkali-kali menjadi best agent.
Dan ketika saya mendapat kesempatan untuk bisa berkompetisi di ajang nasional, terus terang saya malah jadi cemen, nggak pede-an banget (benar-benar nggak ada syukurnya jadi manusia). Hati saya belum bisa berkompromi dengan hal ini. Alhasil saya tidak berhasil melaju ke tahap berikutnya. Tapi Allah itu sangat baik, saya di beri kesempatan kedua melalui ajang yang berbeda. Dikesempatan ini, saya sudah bisa mengambil pelajaran dari kesempatan sebelumnya. Hati saya sudah bisa di ajak kompromi, saya lebih bersyukur untuk kesempatan yang diberikan Allah. Dan hasilnya Alhamdulillah bisa menang, walau hanya third place tapi saya sangat bersyukur.
Dan ternyata keberhasilan diajang tersebut malah menjadi titik pergolakan hati saya terhadap diri saya sendiri. Saya merasa sudah mencapai titik tertinggi di bidang ini, apalagi yang bisa dan mau saya capai jika berada terus dibidang ini???. Keberhasilan ini malah membuka pikiran saya bahwa saya memiliki kemampuan yang lebih dari ini, yang tidak bisa saya kembangkan jika tetap bertahan. Berkali-kali saya mengandai-andaikan jika berada di posisi yang berbeda tapi tetap berada dilingkungan tersebut, tapi hasilnya tetap akan mentok di satu titik, nggak akan bisa berkembang lebih besar. Pergolakan hati ini berlangsung cukup lama, yang membuat saya tidak bisa fokus bekerja. Rasa SENANG DAN CINTA akan pekerjaan saya lenyap seketika. Padahal dulu saya berpikir bahwa inilah passion saya ternyata NOT. Ditambah hal-hal lain yang menyangkut manajemen yang kadang tidak bisa saya tolerir. Hasil burukpun saya capai (hehehe..), prestasi kerja menurun drastis. Kerja hanya rutinitas saja, yang bekerja hanyalah fisik saya tapi jiwa saya sudah tidak berada di tempat itu.
Saya tidak ingin terus larut dalam hal ini, yang hanya merugikan diri sendiri. Akhirnya saya pun memberanikan diri untuk mengambil keputusan resign. Resign untuk mencari yang lebih baik sesuai passion saya.
Dari pengalaman saya ini, saya bisa mengambil pelajaran bahwa apapun bidang yang dijalani, usahakan untuk mencintai apa yang kita kerjakan. Dengan mencintai pekerjaan, prestasi akan datang dengan sendirinya.
Tapi lebih lebih lebih bagus lagi klo kita bisa mengerjakan apa yang kita cintai. Saya yakin hasilnya akan lebih dahsyat.
Tidak ada orang yang benar-benar bisa sukses bila dia melakukan sesuatu yang tidak dia sukai
Kerjaannya nggak gampang lho dibutuhkan manajemen alat indera yang selaras, manajemen emosi, manajemen hati (hehehehe lebayyy). Bayangkan saja hampir semua alat indera harus bekerja disaat yang bersamaan, ya tanganlah buat ngetik, mata buat melototin komputer, telinga buat dengerin cuap-cuap customer, mulut yang hampir nggak berhenti komat-kamit. Dan aplikasi yang harus dibuka bukan cuma satu atau dua tapi buanyaaakk.
Itu baru dalam hal manajemen alat indera, belum dalam manajemen emosi dan hati. Karakter manusia itu banyak banget kan. Disini seorang agent dituntut untuk harus mengetahui karaktek customer yang dilayani biar bisa memberikan great experience, jadi bukan hanya solusi.
Nah gimana klo dapat customer hard complain yang dari awal ngoceh, membentak berpuluh-puluh menit sampai berjam-jam. Disinilah diperlukan manajemen emosi dan manajemen hati (hehehe). Tekanan dunia kerjanya besar banget. Asal tahu saja disiplin dicall center itu tinggi pake buangeeettt.
So saran saya, jangan sering nelpon ke call center klo niatnya hanya ingin ngisengin agentnya.
Kasihan lohh ..
Lha saya kok malah bahas profesinya yahh .. Sebenarnya yang ingin saya share adalah gimana nikmatnya kerja pake hati, dan gimana hancurnya kita klo nggak kerja pake hati.
Awal bekerja di dunia ini saya sangat menikmati, seberapa banyaknyapun teman yang mengeluh tentang peraturan yang sangat ketat, paling saya hanya senyum-senyum saja karena saya masih merasa enjoy. Saya sangat menyukai pekerjaan saya, sehingga membuatnya menjadi mudah. Prestasipun saya dapat berkali-kali menjadi best agent.
Dan ketika saya mendapat kesempatan untuk bisa berkompetisi di ajang nasional, terus terang saya malah jadi cemen, nggak pede-an banget (benar-benar nggak ada syukurnya jadi manusia). Hati saya belum bisa berkompromi dengan hal ini. Alhasil saya tidak berhasil melaju ke tahap berikutnya. Tapi Allah itu sangat baik, saya di beri kesempatan kedua melalui ajang yang berbeda. Dikesempatan ini, saya sudah bisa mengambil pelajaran dari kesempatan sebelumnya. Hati saya sudah bisa di ajak kompromi, saya lebih bersyukur untuk kesempatan yang diberikan Allah. Dan hasilnya Alhamdulillah bisa menang, walau hanya third place tapi saya sangat bersyukur.
Dan ternyata keberhasilan diajang tersebut malah menjadi titik pergolakan hati saya terhadap diri saya sendiri. Saya merasa sudah mencapai titik tertinggi di bidang ini, apalagi yang bisa dan mau saya capai jika berada terus dibidang ini???. Keberhasilan ini malah membuka pikiran saya bahwa saya memiliki kemampuan yang lebih dari ini, yang tidak bisa saya kembangkan jika tetap bertahan. Berkali-kali saya mengandai-andaikan jika berada di posisi yang berbeda tapi tetap berada dilingkungan tersebut, tapi hasilnya tetap akan mentok di satu titik, nggak akan bisa berkembang lebih besar. Pergolakan hati ini berlangsung cukup lama, yang membuat saya tidak bisa fokus bekerja. Rasa SENANG DAN CINTA akan pekerjaan saya lenyap seketika. Padahal dulu saya berpikir bahwa inilah passion saya ternyata NOT. Ditambah hal-hal lain yang menyangkut manajemen yang kadang tidak bisa saya tolerir. Hasil burukpun saya capai (hehehe..), prestasi kerja menurun drastis. Kerja hanya rutinitas saja, yang bekerja hanyalah fisik saya tapi jiwa saya sudah tidak berada di tempat itu.
Saya tidak ingin terus larut dalam hal ini, yang hanya merugikan diri sendiri. Akhirnya saya pun memberanikan diri untuk mengambil keputusan resign. Resign untuk mencari yang lebih baik sesuai passion saya.
Dari pengalaman saya ini, saya bisa mengambil pelajaran bahwa apapun bidang yang dijalani, usahakan untuk mencintai apa yang kita kerjakan. Dengan mencintai pekerjaan, prestasi akan datang dengan sendirinya.
Tapi lebih lebih lebih bagus lagi klo kita bisa mengerjakan apa yang kita cintai. Saya yakin hasilnya akan lebih dahsyat.
Tidak ada orang yang benar-benar bisa sukses bila dia melakukan sesuatu yang tidak dia sukai
"Napoleon Hill"